Sang “Panggiok” Kapal Penghancur Negeri

0
644

Salo, – Diskusi ringan kami malam kedua Ramadhan tahun 1441 Hijriyah (24/04/20) di salah satu pondok tepi kolam ikan milik tetanggaku membahas “Manggiok” alias Membocorkan Kapal. analisa tetanggaku tamatan Pondok Pesantren tersebut, menarik perhatian kami peserta diskusi ringan dengan posisi duduk sesuai protokoler kesehatan di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Kibaran api dari hasil pembakaran kayu-kayu lapuk yang berada di sekitar pondok yang kami duduki tersebut, memberikan kehangatan bagi tubuh kami laksana membakarnya semangat kader pramuka dengan api unggun yang menjadi ciri khas setiap penutupan kegiatan pramuka.

Diskusi kami berawal dari candaan salah satu tetanggaku yang mengatakan, bahwa api di dunia ini hanyalah bunga api di akhirat. jadi asap yang ada ini akan menyerang siapa diantara kita yang diprediksi akan lebih duluan masuk neraka, ujarnya yang kami sambut dengan ketawa ringan.

Kemudian salah seorang tetanggaku yang tamat pondok pesantren itu mengatakan, bahwa kondisi negeri kita ini akan sulit baik dan maju. Karena negeri ini terlalu banyak dihuni oleh orang yang suka “Manggiok” kapal alias membocorkan kapal. Sehingga karena banyaknya yang suka manggiok kapal negeri ini, makanya semua kita penghuni negeri ini menerima resiko dari pekerjaan sang “panggiok kapal tersebut.
Tetanggaku yang tamat pondok pesantren tersebut mengatakan, bahwa negeri kita ini ibarat sebuah kapal, sehingga jika ada penghuni negeri ini yang suka manggiok kapal, maka kapal negeri ini akan bocor dan bisa menenggelamkan kita semua.
tetanggaku itu mengatakan, penggiok negeri ini adalah para koruptor, oknum pejabat yang menyeleweng, baik pejabat eksekutif, legislatif dan oknum pejabat yudikatif. Karena banyaknya oknum pejabat yang menyeleweng bahkan ada yang menjadi pelaku koruptor, maka mengakibatkan pihak pengusaha atau swasta ikutan membuat kesalahan yang merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa, ungkapnya.
pada akhir ucapannya, tetanggaku itu berharap dan mengajak kami semua untuk berdo’a kepada Allah Azza Wajallah, agar allah mengampunkan seluruh dosa para penggiok kapal. Semoga Allah melunakkan hati para penggiok kapal untuk kembali ke jalan yang benar dan tobat dari seluruh kesalahannya. Semoga negeri kita ini terhindar dari para penggiok kapal agar negeri ini bisa lebih maju dan lebih baik, ungkapnya.
Karena api mulai redup dan terlihat mau padam, kamipun bergegas pulang ke rumah masing-masing. Di tengah perjalanan hendak pulang, dalam hati saya bergumam, “benar juga yang diungkapkan oleh tetangga tadi”, gumamku dalam hati sembari berharap pandemi virus corona ini cepat berlalu. (Adi Jondri)