Bangkinang Kota, auramedia. Co – Sembari menyantap sarapan pagi di salah satu warung sate yang berada di Kota Bangkinang, aku mendengar diskusi beberapa orang pembeli lainnya dari meja sebelah tempat diriku duduk menyantap sate kuah merah yang menjadi ciri khas sate yang sudah ada semenjak puluhan tahun yang lalu. Diskusi lepas mereka membahas tentang bagaimana cara mencari ketenangan jiwa selaku Aparatur Sipil Negara (ASN). Semua mereka sepakat, bahwa ketenangan jiwa hanya dapat diraih bagi manusia yang berada di jalan kebenaran dengan berpedoman kepada ajaran agama Islam, yakni Al – Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW.
Mereka membahas, sangat susah membersihkan diri atau terhindar dari praktek suap, maupun KKN. Karena praktek tersebut seakan sudah menjadi tradisi atau sistem secara turun-temuran laksana warisan yang tidak bisa dihindarkan.
Salah satu contohnya, yang sering terjadi adalah pemotongan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) staf atau bawahan yang dilakukan oleh pimpinan dengan dalih untuk kebutuhan operasional kantor. Belum lagi sering terjadinya setoran khusus yang dilakukan bawahan kepada atasan untuk mengamankan jabatannya atau upaya mengharmoniskan hubungan bawahan dengan pimpinan. Bagi bawahan yang lancar setoran khusus, akan dianggap bawahan yang memiliki loyalitas dan dedikasi yang baik di mata pimpinan.
Mungkin karena mereka para peserta diskusi berada pada jajaran bawahan, hati nurani mereka menggambarkan ingin keluar dari persoalan yang sering mereka hadapi. Mereka menyadari, meskipun pemotongan itu telah merugikan mereka secara materi, tetapi kerelaan mereka secara terpaksa tersebut juga menjadi pintu neraka bagi atasan mereka, karena praktek tersebut bertentangan dengan ajaran agama. Merekapun menyadari, praktek tersebut tidak hanya memberikan dosa kepada atasan, tetapi mereka yang telah bersekongkolpun mendapatkan dosa, karena memberikan jalan kepada insan untuk berbuat yang dilarang agama.

Dalam diskusi lepas tersebut mereka menyimpulkan, sebagai bawahan kita hanya bisa pasrah memegang kunci pintu dosa para pimpinan. Biarkan Allah yang menilai dan membalas seperti apa adanya. Karena kita berada dalam posisi tidak berdaya.
Kita hanya mampu berdo’a, semoga pimpinan cepat berubah dan menyadari, bahwa penindasan yang mereka lakukan adalah kebijakan yang dilarang agama berakibat dosa dan bisa masuk neraka. Bisa berakibat fatal, ketika hasil penindasan tersebut dibawa pulang kerumah. Dibagikan kepada anak isteri yang sudah pasti tidak akan berkah.
Di tengah asyik mendengarkan diskusi mereka yang tidak terarah dan penuh hikmah, tanpa disadari sate yang ku makan tinggal kuah. Dalam hati aku hanya bergumam, semoga harapan mereka tidak sirna.
Catatan pagi, 19/01/2021…



























