Nasib Rekanan Diantara Pokir Dewan Dan Refocusing Anggaran

0
516

Bangkinang Kota, auramedia.co – “Susah saat ini Di, sudah banyak rekanan yang saat ini payah merokok. Karena tidak mendapatkan kegiatan di dinas.
Biasanya, kontraktor senior dihargai oleh dinas. Paling tidaknya kontraktor senior mendapatkan 2-3 kegiatan setiap tahun. Minimal dari keuntungan 2-3 PL tersebut, dapat dimanfaatkan untuk biaya kebutuhan sehari-hari.
Namun hari ini, dinas tidak lagi dapat membantu dan menghargai kami, dengan dua alasan,: 1), disebabkan karena adanya refocusing (memusatkan atau memfokuskan kembali anggaran) karena penanganan covid-19, dan yang ke 2), sisa anggaran habis untuk mengakomodir Pokir (Pokok Pikiran)”, ungkap salah seorang rekanan tersebut sembari meneguk kopinya.

Mendengar ungkapan tersebut, pikiranku melayang kemana-kemana. Hatiku terasa sedih membayangkan kondisi para puluhan atau bahkan ratusan rekanan yang saat ini dalam kondisi kecewa.

Secara perlahan ku teguk teh telur yang merupakan minuman favoritku di pagi hari menjelang siang. Saat teh telurku tinggal separoh, kucuba menulis sebuah curahan hati. Curahan hati sebagai bentuk simpati.
Dalam hati aku berpikir, jika kondisi yang diungkapkan itu benar adanya. Berapa banyak keluarga yang akan dalam kondisi kecewa. Karena para rekanan itu punya isteri dan anak. Semuanya tentu harus dipenuhi. Apalagi jika rekanan itu memiliki anak yang sedang sekolah atau kuliah. Kemana mereka akan mengadu. Karena saya yakin, tidak mungkin rekanan itu masuk dalam daftar keluarga tidak mampu. Tidak mungkin juga mereka pergi ke Baznas sebagai mustahik untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, mau jadi apa negeri ini. Tidak sebuah hal mustahil bakal terjadi, ketimpangan itu akan mengakibatkan ketidakstabilan negeri tercinta ini.

Melalui tulisan ini saya hanya berharap, semoga para wakil rakyat di gedung DPRD memahami kondisi yang ada. Jangan biarkan para rekanan yang juga rakyatmu itu menjerit tanpa ada solusi. Jangan biarkan mereka antipati tanpa perhatian. Bukankah merekan adalah kelompok yang harus diperhatikan.

Kepada seluruh OPD dan Satker seharusnya bisa bersikap arif dan bijaksana. Jangan takut dan berkilah sebatas melepas kalimat tanya. Jangan takut bertindak kalau hanya untuk mempertahankan jabatan yang sifatnya sementara.

Jangan jadikan kondisi ini sebagai bom waktu yang bakal bisa meledak. Karena jika bom itu meledak dia akan memakan korban yang tidak memandang usia.

Kepada para rekanan, dalam hati saya juga berharap, semoga semuanya dalam satu kesatuan. Jangan ada yang tamak, karena ketamakan juga akan berimbas kepada kesengsaraan.

Akhirilah kondisi ini secepat mungkin. Duduklah semua pemangku kebijakan dalam satu meja dan satu barisan. Jangan ada kelompok yang terhina, dan jangan ada pula yang merasa kuasa.

“Pandang Wajah diri sendiri, pandang wajah orang tua, pandang wajah isteri, pandang wajah anak-anak kita, dan pandang wajah tetangga dan sahabat kita. Dan berlaku adillah untuk semuanya”, harapku dalam hati.

Catatan pagi: Adi Jondri. (04/07/21)