Roehana Koeddoes: Wartawati Pertama Indonesia dan Pendiri Sekolah Perempuan

0
745

Jakarta, Auramedia.co – Sosok perempuan Indonesia yang mengenakan kerudung khas Sumatera Barat ini bernama Roehana Koeddoes. Beliau adalah sosok muslimah yang sangat berpengaruh terhadap bidang pendidikan, terutama untuk kaum perempuan.

Roehana Koeddoes lahir di Kotogadang, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884. Anak dari Moehammad Rasjad Maharadja Soetan ini adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, mak tuo (bibi) dari penyair Chairil Anwar dan sepupu H. Agus Salim. Roehanna meninggal pada 17 Agustus 1972 di Jakarta.

Masa kecil Roehana Koeddoes

Saat belia, Roehana sudah mampu menguasai materi yang diajarkan ayahnya seperti menulis, membaca dan berbahasa Belanda. Bahkan ia sudah belajar Abjad Arab, Latin dan Arab Melayu.

Ikut sang ayah ke Alahan Panjang, Roehana belajar pada istri pejabat Belanda atasan ayahnya untuk menyulam, menjahit, merenda dan merajut. Roehana remaja juga sangat menyukai membaca majalah terbitan Belanda yang memuat berita politik, gaya hidup dan pendidikan di Eropa.

Pandai Menulis

Disebut sebagai ‘Ibu Pers Indonesia’ Roehana pandai menulis artikel dan puisi. Pada 10 Juli 1912, Roehana menerbitkan surat kabar Sunting Melayu yang merupakan surat kabar perempuan pertama di Hindia Belanda.

Melansir dalam buku “Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia” karya Lia Nuralia, Lim Imadudin dan Randi Renggana, Roehana mendirikan sekolah bernama “Roehana School” di Bukittinggi. Ia juga memperdalam keterampilan bordir pada orang China dengan menggunakan mesin jahit Singer.

Kariernya juga terus berkembang hingga ia memimpin surat kabar Perempuan Bergerak, Radio dan Cahaya Sumatera. Sepanjang kariernya, Roehana terus mendorong perempuan untuk membela kesetaraan dan melawan kolonialisme dengan berbagai prestasi yang diakui nasional.

Mendirikan Sekolah Kerajinan

Pada 11 Februari 1922, ia mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia yang mengajarkan keterampilan perempuan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama, dan bahasa Belanda.

Dalam berkarier memperjuangkan pendidikan kaum perempuan, ia harus menghadapi tantangan sosial dari pemuka adat masyarakat Koto Gadang.

Sekolah Roehana berbasis industri rumah tangga serta koperasi simpan pinjam dan jual beli yang semua anggotanya adalah perempuan.

Lembaga pendidikan khusus kaum perempuan yang didirikan Roehana bisa dikatakan sebagai pendidikan vokasi. Karena lewat pendidikan skill dan keterampilan tersebut para perempuan diharapkan mandiri dan tidak sepenuhnya tergantung pada kaum laki-laki.

Jika lembaga pendidikan yang didirikan Roehana lebih bersifat lokal. Ia melanjutkan perjuangannya melalui dunia penerbitan. Dalam hal ini, Roehana menyatakan niatnya untuk membuat surat kabar yang khusus menampung aspirasi kemajuan kaum perempuan.

Roehana menyatakan niatnya untuk membuat surat kabar yang khusus menampung aspirasi kemajuan kaum perempuan.

Dikutip dalam buku “Jati Diri HMI Wati: Menggagas Nilai-nilai Dasar KOHATI (NDK)” oleh Azhari Akmal Tarigan, sejarah mencatat dialog Roehana dengan Soetan Maharaja dalam sebuah pertemuan di Kotagadang:

“Keinginanku sebenarnya bukanlah sekedar meminta ruang kaum ibu dalam surat kabar Oetusan Melajoe yang bapak pimpin, tetapi … penerbitan yang istimewa untuk kaum perempuan… Saya akan usahakan penulis-penulis perempuan lainnya, supaya benar-benar surat kabar itu merupakan suara kaum perempuan.”

Itulah sekilas tentang biografi Roehanna Koeddoes, jurnalis perempuan pertama Indonesia dan pendorong pendidikan kaum perempuan.

Sumber: https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5801657/