“Mari Kita Selamatkan Nasib Petani Sawit Tanpa Merugikan Pengusaha. Dan Jangan Kita Biarkan Praktek Mafia Tanpa Memikirkan Jeritan Hati Petani Sawit”

0
370
Pekanbaru, auramedia.co – Menyikapi anjloknya harga sawit atau tandan buah segar (TBS) di tingkat petani, besok (Selasa, 17/05/2022) pagi Gubernur Riau (Gubri) Drs. H. Syamsuar, M. Si menggelar rapat dengan perwakilan pengusaha kelapa sawit, asosiasi petani sawit dan stakeholder terkait.
“Besok pagi Pak Gubernur akan kumpulkan semua pihak terkait, untuk mendengar dan mencari solusi setelah harga sawit jatuh di tingkat petani,” ucap Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Ir Zulfadli usai diterima Gubri, di Kediaman Gubernur, Senin (16/05/2022).
Seperti diketahui, harga sawit anjlok akibat larangan ekspor crude palm oil (CPO) oleh Pemerintah Pusat.
Akibatnya, banyak petani sawit di Riau yang menjerit. Apalagi harganya turun sangat drastis.
Selain perwakilan pengusaha sawit dan asosiasi petani sawit, Gubri juga mengundang pejabat Forkopimda dan bupati/walikota. “Semua stake holder terkait kita undang,” sambung Zulfadli.
Sebelumnya, Pemprov Riau telah menerbitkan SE Gubri kepada seluruh bupati/walikota agar mengawal secara intensif proses penerapan harga pembelian TBS dan realisasi penerapan harga pembelian TBS di tingkat PKS.
Pemprov Riau bersama Pemkab/kota juga telah melakukan pengawasan dan pengawalan langsung ke lapangan dan menghimbau PKS untuk membeli TBS petani sesuai ketentuan yang berlaku.
Pemprov Riau juga sejak lama telah mengeluarkan Pergubri No 77 Tahun 2020 yang mengatur tentang penentuan harga TBS.
Pergubri ini diharapkan dapat melindungi petani sawit dari permainan harga oleh perusahaan PKS.
Presiden Respon Soal Sawit
Mencermati banyaknya aspirasi dari daerah, termasuk Provinsi Riau, Presiden Jokowi dikabarkan juga akan menggelar rapat terkait masalah sawit besok.
Sesuai dengan undangan yang menyebar secara berantai di media sosial, bagian persidangan Setkab menyebut bahwa Presiden Jokowi akan membahas masalah kelanjutan evaluasi kebijakan larangan ekspor CPO dalam rangka ketersediaan dan keterjangkauan minyak goreng.
Presiden tidak saja akan didampingi oleh Wapres, tapi juga mengundang para menteri terkait dan sejumlah petinggi seperti Kapolri dan Kejagung.
Gubri Syamsuar Diharapkan Bersikap Tegas
Sementara itu, wartawan senior Kampar yang juga pemerhati nasib petani sawit, Aprizal Khan mendukung rencana Gubri Syamsuar mengumpulkan seluruh pengusaha sawit di Riau bersama asosiasi pengusaha sawit. Gubri Syamsuar diharapkan jangan hanya mengundang mereka tanpa ada solusi. Gubri Syamsuar diharapkan dapat memberikan penegasan kepada para pengusaha tersebut untuk membeli TBS petani sawit sesuai dengan acuan harga yang ditetapkan pemerintah. Karena TBS petani yang dibeli murah tersebut akan terjual mahal jika ekspor CPO dibuka. Jika perlu dalam pertemuan tersebut ada kesepakatan tertulis antara pengusaha dan pemerintah. Dan harus diberikan sanksi tegas kepada pihak yang merugikan kepentingan petani sawit, ungkap Aprizal Khan.
Gubri harus bisa memahami nasib petani sawit Riau hari ini dan harus bisa bersikap tegas kepada pengusaha yang hanya memikirkan keuntungan dan kerugian mereka saja tanpa mau tahu dengan nasib dan jeritan hati petani sawit Riau. “jangan biarkan pengusaha hanya memikirkan keuntungan saja tanpa memikirkan jeritan hati petani sawit”,  ungkap Aprizal.
Namun jika Gubri hanya sebatas mendengarkan keluhan dan persoalan pengusaha saja, maka jeritan Petani akan terus berlanjut. Gubri juga harus memahami, bahwa larangan ekspor minyak goreng dan CPO tidak mungkin diberlakukan selamanya. Larangan ekspor tentu dengan jangka waktu berdasarkan kajian dan analisa yang matang dari pemerintah.
Bisa kita bayangkan, setelah pemerintah mengeluarkan larangan ekspor CPO, perusahaan secara serentak menurunkan harga pembelian TBS petani. Dan setelah mereka menimbun CPO hingga daya tampungnya mulai penuh, para pengusaha mendesak pemerintah untuk segera membuka larangan ekspor CPO dengan ancaman PKS tidak akan membeli TBS petani. Jika ekspor CPO dibuka, tentunya para pengusaha itu akan mendapatkan keuntungan besar dari hasil penjualan CPO dengan harga sawit dunia yang mahal saat ini, karena para pengusaha tersebut telah membeli TBS petani dengan harga yang sangat murah dari acuan harga yang ditetapkan pemerintah. “Mari Kita Selamatkan Nasib Petani Sawit Tanpa Merugikan Pengusaha. Dan Jangan Kita Biarkan Praktek Mafia tanpa memikirkan Jeritan Hati Petani Sawit”, ajak Aprizal Khan.(Adi Jondri)