Bangkinang Kota, auramedia.co – Pemerintah Kabupaten Kampar bergerak cepat antisipasi penyebaran penyakit kulit berbenjol pada ternak. Pemerintah Kabupaten Kampar bahkan telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Penyakit kulit berbenjol atau yang disebut dengan Lumpy skin disease (LSD). Pembentukan Satgas tersebut dilakukan, mengingat bahaya ancaman yang disebabkan oleh LSD yang tergolong dengan wabah bencana non alam.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ir. H. Syahrizal melalui Kabid Keswan dan Kesmavit, DRH. Deyus Herman, (10/06/22) di ruang kerjanya.
Lebih lanjut Deyus Herman mengatakan, untuk menyikapi penyebaran penyakit kulit berbenjol pada ternak tersebut, Pemerintah Kabupaten Kampar sudah melakukan rapat kordinasi pada 20 Mei 2022. Kemudian pada 27 Mei 2022, Pemkab Kampar membentuk tim Satgas.

“Pembentukan Satgas Pengendalian Penyakit Kulit Berbenjol (Lumpy Skin Disease / LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (Foto And Mouth Disease /PMK) di Kabupaten Kampar berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kampar Nomor: 524 – 435 / V / 2022, tertanggal 27 Mei 2022”, ungkap Deyus.
Kepada wartawan Deyus menjelaskan, setelah Tim Satgas terbentuk, maka Satgas langsung melaksanakan rapat kordinasi pada 07 Juni 2022 yang lalu. Rapat yang dipimpin oleh Sekda, Drs. Yusri tersebut menghasilkan beberapa keputusan. Diantaranya, untuk mengantisipasi masuknya LSD dan PMK, maka Satgas akan mendirikan Posko pengaman pada lima titik pintu masuk wilayah Kabupaten Kampar. Diantaranya mendirikan posko di XIII Koto Kampar (pintu masuk dari Sumbar), posko di Tapung (pintu masuk dari Rohil dan Sumut, posko di Tapung Hilir (pintu masuk dari Sumut), posko di Tambang (pintu masuk dari Pekanbaru), dan mendirikan Posko pengaman di Kampar Kiri (pintu masuk dari Kuansing).
Deyus menjelaskan, pada setiap posko pengaman tersebut akan diisi dari seluruh elemen terkait, diantaranya TNI, Polri, Satpol PP dan dibantu oleh dokter hewan dan tim medis kesehatan hewan. Semua hewan yang masuk di Kampar akan terlebih dahulu diperiksa kesehatannya. Kita terus berupaya agar wabah dan ancaman penyakit kulit berbenjol dan PMK tersebut tidak masuk ke wilayah Kabupaten Kampar, ungkap Deyus.
Dalam mengantisipasi penyebaran penyakit kulit berbenjol dan PMK tersebut, Pemerintah kabupaten Kampar melakukan beberapa langkah dan strategi. Diantaranya, melakukan surveilance dan investigasi; Pengetatan dan penertiban lalu lintas; Komunikasi, informasi dan edukasi; Penyemprotan dengan desinfektan terhadap seluruh kandang; dan melakukan vaksinasi terhadap hewan, jelas Deyus.
Kepada wartawan Deyus juga menjelaskan, serangan wabah LSD memberikan ancaman yang membahayakan. Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus pox. Penyakit LSD menyerang hewan sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia liar. Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.
Deyus juga menjelaskan, Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga dinamai penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan.
Penularan penyakit dari satu hewan ke hewan lain terjadi melalui beberapa jalur, yaitu
- Ditularkan oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat
- Kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat
- Penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu
- Melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang.
- Pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi.
Deyus juga menjelaskan, bahwa Perpindahan / lalu lintas hewan ke daerah lain sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ke wilayah yang lebih luas. Lebih dari 45% kelompok ternak dapat terinfeksi dengan tingkat kematian mencapai 10%.
Deyus juga menambahkan, bahwa LSD pertama kali ditemukan di Zambia, Afrika pada tahun 1928. Penyakit menyebar sampai ke afrika utara (1980) dan ke Mesir (1988) kemudian ke Israel dan timur tengah (1988), dan menjadi wabah di timur tengah pada tahun 2006 dan 2007. Kemudian tahun 2012, LSD menyebar ke Yunani dan Bulgaria dan Balkan. Terus masuk ke Eropa dan menjadi wabah pada tahun 2018. Menurut Badan Pangan Dunia, Food and Agriculture Organization (FAO), penyakit LSD sudah sampai di Asia. Negara pertama Asia yang tertular adalah Bangladesh (Juli 2019), kemudian India dan China (Agustus 2019). Selanjutnya Taiwan (Juli 2020), Vietnam (Oktober 2020), Thailand (Mei 2021), dan Malaysia (Juni 2021), jelas Deyus.
Dengan sudah tertularnya negara-negara tetangga dekat dengan Indonesia, maka LSD sudah menjadi ancaman bagi Indonesia sehingga Indonesia perlu mewaspadai penyakit lumpy skin diseases (LSD) tersebut.
Sementara untuk penyakit PMK, pada bulan Mei penyakit pada hewan ini sudah menjadi wabah nasional. Penyakit PMK pertama kali muncul pada daerah Jawa dan Aceh. Dan saat ini, penyakit hewan ini sudah menyebar di 18 provinsi dan termasuk di Provinsi Riau sendiri. Untuk provinsi Riau sudah menyebar di Kabupaten Siak dan Inhil, ungkap Deyus.
Melalui media Deyus menghimbau, agar masyarakat Kampar waspada terhadap penyebaran penyakit LSD dan PMK. Beberapa kewaspadaan yang dapat dilakukan, diantaranya: mengenali dan mengenalkan penyakit LSD kepada masyarakat, terutama kepada peternak; Melaporkan bila menemukan penyakit pada dengan gejala seperti LSD dan PMK; Mencegah masuknya penyakit dengan mengawasi lebih teliti lalu lintas ternak, hewan dan bahan pangan asal hewan dari luar daerah; dan meningkatkan kewaspadaan dari segala hal yang berhubungan dengan LSD dan PMK, ungkap Deyus. (Adi jondri)



























