Wahai Abang terbaikku,
Jika umurmu pendek, maafkan aku Abang terbaikku.
Jika Allah harus terlebih dahulu menjemputmu, sebelum alat bantu pendengaranmu datang, maafkan mereka Abang terbaikku.
Malam ini, mataku susah terpejam, walaupun jam sudah menunjukkan pukul 00.11 Wib. Sesekali, aku teringat akan perjuanganmu, untuk mendapatkan alat bantu pendengaran mu itu.
Aku memahami semangatmu untuk mendapatkan alat bantu pendengaranmu itu.
Sudah berapa banyak orang yang engkau datangi, mulai dari BPJS Kesehatan, Rumah Sakit, Dinas Sosial, Basnas, bahkan harapanmu itu, juga sudah disampaikan ke Penjabat bupati pimpinan negeri ini.

Bahkan, aku sudah mendampingi mu untuk berjuang mendapatkan hak mu. Bukankah semua orang itu mengaku bersedia membantu apa yang engkau harapkan?.
Namun, bantuan itu hingga saat ini belum bisa engkau nikmati. Karena perlunya birokrasi yang harus engkau ikuti.
Tapi mengapa, ketika birokrasi itu hampir kita selesaikan untuk kita lewati, engkau sudah duluan nge drop dengan penyakit yang engkau derita.
Ketika adikmu ini menerima telpon dari isteri tersayang mu waktu itu, betapa terkejutnya aku mendengarkannya.
Belum sempat kau menerima bantuan alat pendengaranmu yang kita perjuangkan bersama, engkau harus terlebih dahulu menginap di rumah sakit untuk menyembuhkan penyakit lain yang engkau derita.
Wahai Abang terbaikku, kondisimu telah aku sampaikan apa adanya kepada mereka yang akan membantumu itu, tapi karena birokrasi, Alat bantu pendengaran belum bisa engkau nikmati.
Wahai Abang terbaikku, jangan engkau katakan kepadaku, jika sakit mu itu karena beratnya beban pikiran yang engkau rasakan saat ini, karena terlalu susah dan panjangnya perjuanganmu untuk mendapatkan bantuan alat pendengaran itu.
Yakinlah engkau pada dirimu sendiri, alat bantu pendengaran itu akan engkau terima, tapi birokrasi lah yang memaksa engkau harus sabar dan ikhlas menjalaninya.
Yakinlah engkau Abang terbaikku, kondisimu itu adalah ujian dari Allah sang maha pencipta. Sabarlah engkau menghadapi ujian itu, dibalik kesusahan akan ada kebahagiaan.
Jika Allah harus menjemputmu lebih cepat kehadiratNya, aku yakin, semua mereka itu akan menyesal, karena tidak mungkin alat bantu pendengaranmu itu dikuburkan bersama mayat mu di alam kubur nanti.
Namun dalam hati saya meyakini, umurmu akan panjang. Mengingat niatmu untuk mengajar dan mendidik generasi muda membaca Al Qur’an sangatlah tinggi dan mulia.
Di keheningan malam ini aku juga teringat, ketika kami berada di wilayah bencana tsunami Mentawai Sumatera Barat beberapa waktu yang lalu.
Aku teringat akan ketegasan Ketua PMI Indonesia, Jusuf Kalla waktu itu. “Tidak ada birokrasi pada kondisi emergency.”
Mungkin mereka saat ini menilai, kondisimu belum emergency. Sehingga harus memberlakukan birokrasi kepada dirimu.
Walaupun siang tadi istrimu menyampaikan kepada diriku, bahwa engkau belum bisa aku bawa ke rumah sakit yang mereka tentukan. Karena kondisi 3 jenis penyakit sekaligus yang engkau derita saat ini.
Wahai Abang terbaikku, sabarlah dirimu menghadapi ujian hidupmu saat ini. Semenjak aku mengenalimu di kantor waktu itu, aku yakin engkau adalah orang yang baik selaku manusia di dunia ini.
Aku yakin, kebaikanmu itu juga merupakan pertanda, bahwa engkau adalah kekasih Allah yang maha Agung dan Bijaksana.
Kuatkan lah semangatmu, agar imun tubuhmu tetap kuat menghadapi virus penyakit yang ada dalam tubuh mungil mu itu.
Yakinlah engkau Abang terbaikku, Semua yang terjadi di atas bumi ini, semua yang terjadi di atas langit ini, dan semua yang terjadi di antara bumi dan langit ini, semuanya adalah kehendak dan kekuasaan Allah Azza Wajallah.
Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim sembari membaca Surat Al fatihaa, aku do’akan semoga Allah cepat mengangkat penyakitmu, semoga Allah matikan semua virus penyakit yang ada dalam tubuhmu itu, semoga Allah berikan kesembuhan kepada dirimu.
Semoga kita bisa bersama kembali berjuang menghadapi birokrasi untuk mendapatkan alat bantu pendengaranmu itu.
Aku juga berdo’a, semoga ada hati manusia yang memiliki Rezki berlebih, digerakkan oleh Sang Ilahi, untuk membantu alat pendengaranmu itu. Tanpa dirimu harus mengikuti birokrasi yang membuatmu pusing sendiri.
Penulis : Adi Jondri Putra.


































